Renungan Psikologi:Tuhan Memberkati Anak Disleksia

   
Tuhan Memberkati Anak Disleksia
    Membuka perjumpaan kita, penulis akan secara singkat menceritakan pengalaman pribadi menghadapi anak dengan disleksia. Kisah ini bermula dari kesediaan penulis untuk membantu seorang murid kelas dua sekolah dasar yang merupakan murid pindahan, dimana guru - guru disekolah  menaruh perhatian pada kondisi anak yang menurut mereka mengalami kesulitan dalam pelajaran. Wawancara awal dengan pihak sekolah penulis mendapati arah pembicaraan mengarah pada ciri anak disleksia. Penulis lalu memutuskan untuk melakukan observasi kepada murid yang dimaksud, dengan mengambil kesempatan hadir selama 30 menit setiap hari di kelas murid tersebut ,selama seminggu lamanya. Kesulitan akhirnya muncul ketika mencoba melakukan wawancara dengan orang dari siswa yang diduga mengalami disleksia. Seribu macam alasan dilontarkan agar tidak terjadi proses wawancara. Dalam hal ini penulis berkesimpulan bahwa sesungguhnya yang sangat bermasalah disini adalah kedua orang tuanya yang tidak membuka diri untuk memberi informasi terkait anak mereka. 
         Harus diakui ketika mendapati seorang siswa yang mengalami hambatan dalam pelajaran, ada kecenderungan untuk mengatakan bahwa mereka bodoh tanpa mau melihat lebih jauh apa sesungguhnya yang menyebabkan  siswa itu bermasalah dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Orang tua juga kurang peka melihat apa yang terjadi dengan anak mereka. Seolah dengan memberi kesempatan mereka menempuh pendidikan disekolah, maka sepenuhnya anak diserahkan ke pihak sekolah. Pengalaman pribadi penulis, butuh waktu untuk meyakinkan orang tua bahwa anak mereka perlu bantuan profesional. Seingat penulis kata pemungkas yang penulis lontarkan kepada orang tua dari anak tersebut adalah "mari mampukan anak ini,jikapun dia tak mampu dalam pendidikan, maka mampukan anak ini dibidang lain". 
      Kata -kata ini penulis ucapkan bukan tanpa alasan.Diantara para pembaca mungkin pernah menyaksikan film Tare zamen Par yang secara apik diperankan oleh aktor kenamaan India Aamir Khan yang sekaligus menjadi produser dan sutradara. Dikisahkan dalam filim ini seorang anak Ishaan Nandkishore Awasthi (Darsheel Safary) yang awalnya dicap sebagai anak idiot,nakal dan pemalas namun sesungguhnya dirinya menderita disleksia.Pada akhirnya dalam filim ini anak tersebut menjadi anak yang bisa membaca,menulis,menghitung dan melukis lewat kesabaran guru seninya yang diperankan Aamir khan.
     Kesabaran adalah obat mujarab untuk membantu anak dengan disleksia.Jika bertanya sampai kapan bersabar menghadapi anak disleksia?jawabanya sederhana sampai anda menutup mata, menghadap yang empunya hidup, karena kita pada akhirnya kita akan bertanggung jawab pada Tuhan atas apa yang kita kerjakan selama mengembara dimuka bumi ini.Selain kesabaran tentunya kesediaan kita untuk menghargai anak-anak dengan disleksia. Jangan pernah menghina mereka karena,setiap hinaan yang yang kita tujukan kepada mereka, hanya membuka aib bahwa kita sesungguhnya tidak lebih baik dari mereka. 
      Diluar sana banyak pesohor yang ternyata merupakan orang - orang dengan disleksia. Penulis pernah secara singkat menyebutkan nama - nama mereka dalam tulisan penulis terdahulu di blog ini. Di dalam negeri kita banyak orang dengan disleksia yang memiliki karya besar dan menginspirasi orang banyak, salah satunya adalah Deddy Corbuzier. Om Deddy dengan segudang prestasinya telah menjadi contoh bagi semua orang tua, dan masyarakat Indonesia umumnya bahwa tidak ada kata terlambat untuk bangkit dan berhasil.
      Semoga tulisan ini bisa memberi semangat bagi saudara/i kita semua yang sedang berjuang dengan disleksia agar selalu yakin bahwa usaha yang positif untuk menjadi lebih tidak pernah menghianati hasil akhir. Terima kasih

0 Response to "Renungan Psikologi:Tuhan Memberkati Anak Disleksia"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel